Senin, 14 Mei 2012

PERAWATAN RUH DENGAN PUASA

PERAWATAN RUH DENGAN PUASA
Zaenal Arifin

Mengapa ruh perlu adanya perawatan? Manusia dalam proses penciptaanya memiliki tabiat yang bercampur anatar unsur tanah dan unsur ruh ilahi yang ditiupkan Allah swt. Apabila unsur tanah lebih dominant, ia turun ke derajat seperti binatang, sedangkan apabila unsur ruh ilahi yang lebih dominan, ia akan naik ke derajat seperti malaikat yang taat kepada Allah swt. Maka dari itu, perawatan ruh menjadi proses kehidupan spiritual manusia untuk taat beribadah kepada Tuhannya. Hal itu, dapat ditempuh dengan melaksanakan syariat Islam yang dijadikan pedoman hidup manusia, yang diantaranya adalah dengan berpuasa. Puasa merupakan rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim mukallaf sebagaimana tertuang dalam nash al Qur’an (QS Al Baqarah:183-184) dan As Sunah. 
Setiap muslim diwajibkan oleh Allah untuk berpuasa dalam bilangan beberapa hari tertentu, yaitu di bulan Ramadhan. Bulan Ramadham sendiri menjadi bulan utama yang selalu dinanti-nantikan kedatangannya oleh umat muslim pada setiap tahun kalender Hijriyah. Bulan mulia ini sebagai waktu yang tepat dalam berbondong-bondong umat muslim menjalankan ibadahnya. Kita umat muslim juga dianjurkan untuk melaksanakan puasa-puasa sunah pada hari-hari tertentu. Dimana dalam segala yang diperintahkan Allah sudah pastinya mengandung hikmah yang agung, karena tidak mungkin Allah memerintahkan sesuatu dalam kesia-siaan, begitu juga dengan berpuasa, baik puasa wajib maupun puasa sunah. 
Kata puasa dalam bahasa Arab adalah “ shaum” atau “syiam”. Keduanya mempunyai makna “al-imsak”, yaitu menahan diri dari sesuatu yang mubah (boleh), berupa syahwat perut dan kemaluan dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah. Secara syar’i, puasa berarti menahan diri dari hal- hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum, melakukan hubungan suami-istri, istimna’(merangsang keluanya mani dengan sengaja, baik dengan cara bercumbu dengan istri tanpa melakukan jimak atau merangsang kemaluan dengan tangan dan alat-alat lainnya), dan memancing muntah dengan sengaja dari waktu sahur sampai waktu maghrib tiba. Kita berpuasa dengan tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan hubungan suami-istri dari waktu sahur sampai azan Maghrib tiba. 
Namun, bukan hanya itu arti puasa. Puasa bukan sekedar menahan lapar, dahaga dan syahwat karena sangatlah merugi jika kita berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar dan dahaga. Dengan kata lain, perbuatan-perbuatan halal seperti makan, minum, dan berhubungan suami-istri menjadi haram saat seorang berniat puasa di pagi hari karena Allah. Di sinilah letak keagungan orang yang berpuasa, ia meninggalkan apa yang ia sukai, bahkan yang ia perlukan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah. 
Menurut Imam Al Ghazali, puasa menjadi ibadah yang istimewa karena ketaatan dalam ibadah-ibadah selain puasa adalah dengan melakukan kewajiban seperti kewajiban shalat ditunaikan dengan melaksanakan gerakan dan bacaan shalat. Perbedaannya akan tampak dalam pelaksanaan. Orang yang banyak melaksanakan shalat, zakat, dan haji akan dikenal di kalangan masyarakat karena ibadah-ibadah tersebut. Namun, bagi bagi orang yang berpuasa tidak seorang pun mengetahuinya, kecuali jika orang tersebut mengatakan kepada orang lain. Atas dasar inilah maka puasa sangat dicintai oleh Allah sebagaimna disebutkan dalam hadist qudsi : “Setiap amalan anak Adam adalah bagi dirinya sendiri, kecuali shaum itu bagi-ku, dan aku yang akan membalasnya, dan demi zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wangi kesturi.” (HR. Bukhari Muslim)”. Dalam riwayat lain disebutkan, “ia meninggalkan makanannya karena-ku, meninggalkan shawatnya jarena-Ku, dan meninggalkan istrinya karena-Ku.” (HR. Ibnu Huzaimah dalam sahihnya)”. Balasan khusus yang berasal dari Allah sesungguhnya menunjukkan pahala yang akan diberikan Allah bagi orang yang berpuasa. 
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa besarnya pahala yang akan didapatkan mereka yang berpuasa disebabkan ibadah puasa itu setengah dari kesabaran. Kesabaran menahan tuntutan perut yang ingin diisi oleh hidangan yang lezat, kesabaran menahan tuntutan syahwat yang bergolak ingin disalurkan, kesabaran untuk meninggalkan suami/istri. Allah menjanjikan pahala yang tak terhingga bagi orang-orang yang bersabar (QS Az Zumar:10). Hal ini membuktikan bahwa orang berpuasa mendapat perlakuan khusus oleh Allah swt. 
Puasa menjadi media perawatan ruh dengan beberapa hikmah yang terkandung dalam melaksanankan ibadah ini, diantaranya: 
  1. Puasa menjadi sarana penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dengan menahan nafsu perut dan syahwat sebagai bentuk ketaatan kepada Allah swt. 
  2. Puasa sebagai usaha untuk menundukan nafsu syahwat, karena mengendalikan syahwat makan dan minum yang merupakan induk bagi syahwat lainnya. 
  3. Puasa dapat meningkatkan rasa syukur kepada Allah swt, dengan merasakan lapar dan dahaga, mendapat sebuah kenikmatan yang ia syukuri ketika berbuka. 
  4. Puasa dapat mendidik kemauan dan kesabaran, dengan menahan syahwat memberikan pembelajaran bahwa sebuah kemauan yang keras dapat tercapai dengan adanya kesabaran. 
  5. Puasa menanamkan kasih sayang sesama manusia, karena setiap orang muslim bersama-sama merasakan lapar dan dahaga, sebagaimana yang dirasakan oleh saudara-saudaranya yang tidak berkecukupan, maka timbullah rasa untuk berbagi. 
  6. Puasa mengingatkan diri akan bahaya maksiat, sebagaimana penduduk neraka yang akan mengalami kelaparan dan kehausan sebagai siksaanya. 
  7. Puasa sebagai jalan menuju ketakwaan, dengan berpuasa untuk menjalankan perintah yang dalam praktiknya dapat menumbuhkan rasa takwa kita kepada Allah swt sebagai puncak ketinggian ruh untuk beribadah kepada-Nya. 

Kita tidak akan memperpanjang teori tentang puasa, tetapi berusaha untuk mempraktikannya sebagai amalan karena dengannya akan mendorong keterikatan kepada Allah, dan memalingkan diri dari selain-Nya. Dengan kata lain, puasa tidak hanya menjaga anggota tubuh dari maksiat kepada Allah, tetapi juga menjaga hati dan pikiran agar tidak dikotori oleh kemaksiatan dan segala cara yang memalingkan jiwa kepada Allah. Karena hati dan pikiran akan selalu terhubung dengan keberadaan ruh pada diri manusia sebagai makhluk yang diciptakan-Nya untuk beribadah kepada-Nya.

1 komentar:

Tareqat Cinta mengatakan...

selain ruh juga ada jiwa. keduanya seperti batre perlu di charg. bukan ruhnya aja

Posting Komentar

Design by Zay Arief