Senin, 19 Maret 2012

Patologi Sosial : KENAKALAN REMAJA

KENAKALAN REMAJA (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Aimas Kab. Sorong) Oleh : Zaenal Arifin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 12 atau 13 sampai 19 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja. Untuk mengetahui latar belakang kenakalan remaja perlu membedakan adanya kenakalan remaja yang tidak disengaja dan disengaja. Kenakalan remaja yang tidak disengaja diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan kenakalan remaja yang disengaja, bukan karena pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seorang remaja melakukan penyimpangan, padahal ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Kehidupan remaja banyak kita temukan di masa usia sekolah, terutama di sekolah tingkat menengah, yaitu sekitar usia 12 sampai 19 tahun. Sekolah tingkat menengah merupakan lembaga pendidikan yang menjadi tempat pendidikan lanjutan secara formal bagi para remaja selain di lingkungan keluarga. Kehidupan remaja di sekolah sangat mungkin ditemukan sebagai siswa yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari kategori ringan sampai dengan berat. Perilaku menyimpang atau disebut sebagai kenakalan remaja, menjadi perhatian penting hingga saat ini, baik dari keluarga, sekolah maupun masyarakat untuk saling mendukung dalam mencegah dan mengatasi masalah tersebut. Maka dari itu, masalah kenakalan remaja menarik untuk dijadikan objek penelitian oleh para peneliti yang tertarik sebagai karya ilmiah. Para peneliti ingin melihat kecenderungan kenakalan remaja yang terjadi pada masa anak usia sekolah. Kenakalan remaja di daerah-daerah mana pun banyak ditemukan prakteknya oleh para remaja usia sekolah. Hampir setiap sekolah-sekolah yang ada di daerah-daerah mempunyai masalah tersebut, dan selalu berupaya untuk mencegah dan mengatasi permasalahan yang terjadi pada siswa. Seperti Kabupaten Sorong sendiri yang menjadi daerah transmigran, terdapat beberapa sekolah tingkat menengah yang dihuni oleh para remaja. Diantaranya di SMK Negeri 1 Aimas ditemukan banyak komunitas remaja sebagai peserta pendidikan. Namun, menurut informasi dari masyarakat setempat atau lingkungan sekitar, siswa di sekolah tersebut terdapat kecenderungan kenakalan remaja yang membutuhkan perhatian khusus. Maka dari itu, perlu diadakan penelitian lebih mendalam mengenai masalah penyimpangan perilaku oleh para remaja atau siswa di sekolah tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, kenakalan remaja banyak terjadi pada anak masa usia sekolah tingkat menengah. Hal ini terjadi karena pelaku kenakalan remaja sendiri banyak ditemukan pada siswa yang masih aktif di sekolah. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian di SMK Negeri 1 Aimas dengan mencari data semaksimal mungkin dalam mengetahui wacana praktek kenalan remaja yang terjadi di lembaga pendidikan tersebut. Sebagai pokok permasalahan adalah mengapa praktek kenakalan remaja masih terus terjadi di SMK Negeri 1 Aimas? Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis akan menitikberatkan pembahsan pada tiga persoalan utama, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana praktek kenakalan remaja yang terjadi pada siswa di sekolah? 2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi kenakalan remaja di sekolah? 3. Bagaimana cara mengatasi kenakalan remaja yang terjadi di sekolah? C. Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian adalah mengidentifkasi dan memberikan gambaran praktek perilaku menyimpang atau kenakalan yang dilakukan siswa di sekolah. Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini, maka penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Manfaat Teoritis Dengan tersusunnya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang kenakalan remaja dan penanggulannya. 2. Manfaat praktis a. Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada guru sebagai salah satu bahan dalam memberikan bimbingan dan pendidikan kepada siswa mengenai proses belajar mengajar serta mengatasi masalah pribadi siswa, sehingga dapat mencegah dan mengatasi kenakalan remaja dengan peranan sekolah. b. Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang kenakalan remaja, sehingga orang tua dapat memperbaiki bimbingan, pendidikan dan pengawasan di lingkungan keluarga dalam rangka mencegah dan mengatasi kenakalan remaja. c. Siswa Bagi siswa akan dapat memberikan masukan tentang wawasan kenakalan remaja, sehingga siswa dapat berusaha menghindari praktek kenakalan remaja. d. Peneliti Dengan penelitian ini membantu peneliti sebagai wahana latihan pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam usahanya mencegah dan mengatasi kenakalan remaja sehingga dapat meminimalisir praktek kenakalan remaja dalam lingkungan sekolah.  BAB II PEMBAHASAN A. Sosiografi SMK Negeri 1 Aimas SMK Negeri 1 Aimas terletak di jalan Petrochina Kelurahan Malawili Distrik Aimas yang berada di wilayah pemerintahan Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Lokasi sekolah cukup terjangkau dengan banyakanya angkutan umum yang beroperasi di wilayah Distrik Aimas, meskipun jika turun dari angkutan umum masih berjalan kaki sekitar 3 km dari jalan raya. SMK Negeri ini mempunyai lokasi yang cocok untuk belajar karena tempatnya yang berada di pinggiran kota memungkinkan siswa belajar dengan tenang. SMK ini mempunyai kondisi perkembangan peserta didik cukup pesat karena banyak menjadi pilihan para siswa baru sekolah lanjutan tingkat menengah. Dengan adanya asumsi bahwa siswa lulusan SMK ini akan lebih mudah mendapatkan lapangan pekerjaan di banding lulusan siswa SMA. Hal itu disebabkan karena SMK sebagai sekolah kejuruan sudah mengacu dan mengarah pada program pendidikan dengan jurusan tertentu dalam berwirausaha. Sejarah berdirinya SMK Negeri 1 Aimas dimulai pada tahun 2002 semenjak wilayah Aimas menjadi ibu kota Kabupaten Sorong, dimana Aimas belum mempunyai lembaga pendidikan tingkat SMA maupun SMK Negeri, sehingga anak-anak Aimas semua sekolah ke Kota Sorong, sehingga banyak memakan waktu dan biaya transportasi. Dengan berdasar itulah pada tahun 2003, atas ide gagasan Sekda Kabupaten Sorong Bapak Tri Budiarto (Wakil Bupati sekarang) maka langkah pertama dibukalah SMA Negeri 1 Aimas dan bertempat di SD 40 Malawili. Giliran selanjutnya pada tahun 2004 dibuka lagi SMK Negeri 1 Aimas yang sementara menumpang di SD 41 Malawele, dengan menugaskan Bapak H. Ahmad Sutedjo dan Ibu Nurhaining sebagai penerima siswa baru dan mengurus segala keperluan tentang SMK Negeri 1 Aimas. Di awal pembukaannya, telah menerima siswa baru sebanyak 108 siswa dan dibagi menjadi 3 jurusan, yakni Akuntansi, Administrasi Perkantoran dan Perdagangan. Untuk program Perdagangan, karena mengikuti petunjuk Kabid Dikmenjur Provinsi Papua, maka program ini dibubarkan. Pada tahun 2005 karena perkembangan siswa bertambah, lokasi SD 41 tidak mampu menampung siswa SMK. Atas perintah Kepala Dinas PMLS, maka SMK Negeri 1 Aimas dipindahkan dengan menumpang di SMP Negeri 3 Aimas. Selama dua tahun di SMP Negeri 3 Aimas, UN pertama pelaksanaannya di SMP Negeri 3 Aimas. Pada awal tahun 2007 dibangun 4 ruang kelas bertempat di jalan Petrochina Malawili, sehingga pada awal tahun pelajaran 2007/2008, SMK Negeri 1 Aimas telah resmi pindah menempati gedung baru. Pada awal perpindahan sekolah di tempat baru, karena rombongan belajar ada 9 rombel, sedangkan ruang kelas yang ada hanya 3 ruang, maka sekolah berjalan dengan 3 sip waktu. Selanjutnya pada tahun 2007 dibangun 4 ruang teori dan 3 ruang praktek dan tahun 2008 dibangun lagi 3 ruang teori. Sesuai dengan perkembangan pada tahun pelajaran 2008/2008 dibuka program Teknik Gambar Bangunan dan pada tahun pelajaran 2009/2010 telah dibuka program Teknik Informatika dan Komunikasi yang sampai saat ini telah memasuki tiga tahun ajaran. Pada tahun 2011 ini telai mulai dibangun kembali 3 ruang teori dan ruang aula sebagai pemenuhan sarana dan prasarana di sekolah. Dalam usaha peningkatan kesejahteraan di SMK Negeri 1 Aimasberjalan dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pembayaran berupa gaji yang diberikan pada guru dan karyawan serta pembangunan sarana dan prasarana masih berjalan.Secara umum setiap guru yang bertugas di SMK ini memperoleh fasilitasyang cukup memadai, misalnya masing-masing guru disediakan meja dan kursi. Begitupun fasilitas yang diberikankepada siswa cukup baik seperti meja dan kursi yang lengkap, alat tulis, kantin sekolah, perpustakaan, sarana olah raga dan kamar mandi. Selain itu siswa mendapatkan fasilitaslaboratorium IPA, laboratoriumkomputer akuntansi, dan laboratorium komputer perkantoran. Dengan lingkungan dan sarana prasarana sekolah yangmenunjang kependidikan, diharapkan siswa dapat dengan nyaman belajar disekolah. Bagi karyawan yang bertugas sebagai Tata Usaha, disediakan sebuahruangan khusus TU. Setiap petugas TU memperoleh meja dan kursi kerja, dilengkapi beberapa komputer beserta printernya, selain itu juga disediakan beberapa buah mesin ketik. Perlu diketahui sarana dan prasarana SMK ini masih perlu ditingkatkan lagi. Pertama, belum terpenuhi ruang kelas belajar bagi para siswa, misalnya 2 kelas rombel digabung menjadi satu dimana ruang kelas masih proses pembangunan. Sehingga kegiatan belajar mengajar kurang efektif dalam menyampaikan materi. Kedua, belum dibangun tempat ibadah bagi siswa sebagai penunjang kegiatan keagamaan dalam membimbing akhlak maupun moral siswa dengan kesadaran beragama. Mengenai tata tertib dan peraturan di SMK ini, apabila ditemukan siswa yang melanggar akan diberi sanksi poin dan skorsing sesuai tingkat pelanggaran dan berdasar pertimbangan para guru, terutama diberikan nasehat dan peringatan dahulu oleh guru BP dan Wakasek bidang kesiswaan. Sehingga peraturan sekolah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi para siswa sebagai kontrol dalam pelaksanaan kegitan belajar mengajar di sekolah. Tujuan utama berdirinya SMK ini adalah sebagai lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan lanjutan dari sekolah tingkat menengah pertama/sederajat untuk dapat menyiapkan peserta didik yang berkualitas agar memiliki kemampuan dan potensi serta mempunyai daya saing sebagai respon di era globalisasi dengan berdasar pada keimanan dan ketakwaan serta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu, lulusan SMK ini diharapkan memiliki wawasan yang luas yang didapatkan dari sekolah, terutama di bidang kejuruan yang diarahkan untuk melatih dan menanamkan jiwa kewirausahaan mulai dini. B. Kenakalan Remaja di SMK Negeri 1 Aimas Mengapa remaja identik dengan kenakalan remaja? Kerana pada masa remaja merupakan masa yang labil bagi hidup mereka, tergantung bagaimana mereka mampu melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan disekitarnya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Kenakalan remaja merupakan bentuk-bentuk perbuatan yang melanggar tata tertib sekolah maupun hukum agama dan adat, serta pelanggaran kepada hukum pidana maupun hukum perdata. Menurut Sudarsono yang dimaksud dengan kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang berupa pelanggaran hukum maupun perbuatan-perbuatan anti sosial seperti berada di tempat-tempat umum pada jam-jam pelajaran, berperilaku buruk, serta penyalahgunaan obat-obat terlarang. Hasan Basri berpendapat kenakalan remaja adalah suatu penyimpangan tingkah laku yang dilakukan oleh remaja hingga mengganggu ketentraman dirinya sendiri dan orang lain. Singgih D Gunarso mengemukakan kenakalan remaja merupakan perbuatan atau tingkah laku yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral, yang dilakukan oleh mereka yang berumur antara 13-17 tahun. Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat kenakalan remaja adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman. Dari pendapat-pendapat di atas dapat diperoleh pengertian kenakalan remaja adalah tindakan perbuatan atau tingkah laku remaja yang melanggar dan bertentangan dengan hukum, agama, norma sosial dan norma masyarakat serta nilai-nilai moral yang merugikan orang lain, mengganggu ketentraman umum dan merusak diri sendiri. Dalam kehidupan para remaja, sering kali dikelilingi hal hal yang negatif dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan guru dan teman-temannya di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di masyarakat. Hal tersebut dapat berbentuk positif hingga negatif yang sering kita sebut dengan kenakalan remaja. Di sekolah-sekolah tingkat menengah mulai SMP, SMA, SMK atau sederajat banyak ditemukan tempat berlangsungnya kehidupan remaja selain kehidupan mereka di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sekolah menjadi habitat yang tak terpisahkan oleh para remaja sebagai peserta didik yang berada di dalam lingkungan sekolah. Sebagian remaja atau biasa disebut siswa belum tentu mampu menyesuaikan diri dengan berada di lingkungan yang baru setelah keluar dari rumah tinggal masing-masing. Hal itu, tergantung bagaimana kemampuan siswa dalam beradaptasi dengan keadaan di luar. Maka dari itu, proses pendidikan dalam keluarga sangat penting diterapkan dalam masa remaja melalui pengalaman dan pengetahuan pada dirinya sendiri sebagai kontrol terhadap dalam pergulatan dunia yang baru. Sebagaimana di sekolah-sekolah lain, tidak dipungkiri bahwa SMK N 1 Aimas juga merupakan bentuk komunitas remaja dengan latar belakang yang beragam, baik dari suku, agama, warna kulit, status sosial dan sebagainya. Sebagai makhluk sosial, mereka akan saling berinteraksi dan berkomunikasi antara siswa dengan guru, karyawan maupun siswa yang lain. Hal ini disebabkan oleh adanya motivasi untuk melakukan interaksi yang dipengaruhi oleh adanya aturan dan harapan di ruang lingkup sekalah tersebut. Perwujudan dari interaksi ini adalah pemenuhan kebutuhan dalam segi kehidupan. Pada akhirnya, komunikasi antara mereka terus berlangsung, diantaranya membawa dampak positif maupun negatif. Remaja atau siswa dapat mensosialisasikan dirinya terhadap orang lain, pengalaman dan pengetahuan bertambah, perubahan sikap dan tingkah laku. Namun juga kita temukan tidak sesuai yang diharapkan yaitu ada siswa yang berperilaku menyimpang yang disebut dengan kenalan remaja. Menurut Ibu Saloma Br Sitepu, selakui guru BP di SMK Negeri 1 Aimas, beliau mengatakan tentang perilaku menyimpang yang terjadi di sekolah tersebut. Diantaranya yang banyak terjadi pada siswa adalah bolos atau tidak masuk sekolah tanpa adanya keterangan, terlambat masuk kelas, merusak fasilitas sekolah, membuat gaduh di ruang belajar akibatnya kegiatan belajar mengajar terganggu, kurang bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan oleh para guru. Hal itu yang sangat disayangkan apabila seorang remaja yang masih dalam usia produktif untuk belajar dan kurang kesadaran untuk belajar. Selain itu, kasus yang merusak moral para siswa yaitu terkait video porno. Melalui razia yang dilakukan pihak sekolah ditemukan beberapa siswa yang menyimpan video porno di hp. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah disalahgunakan bagi mereka dan membawa dapak yang negatif. Hal itu dapat merusak mental siswa dalam masalah seksual, dan mengacu terjadinya sex bebas diantara siswa. Bahkan, beberapa siswa telah kebobolan keperawanan mereka atau mengalami kehamilan. Akhirnya, mereka dikeluarkan dari sekolah atau mengundurkan diri karena malu, baik laki-laki maupun perempuan sebagai pelaku. Bentuk kenakalan remaja yang lain adalah penyalahgunaan narkoba dan miras masih dalam penyelidikan lebih lanjut. Perlu diketahui bahwa banyak terjadinya siswa mempunyai budaya berpacaran yang dapat berdampak negatif. Hal itu dianggap sebuah hal yang wajar, atau bahkan sangat diperlukan mengingat gengsi dengan teman-teman yang lain. Mereka akan mendapat cemooh, ejekan yang membuat minder, misalnya kata “kamu tak laku-laku” atau “kasian nggak punya pacar”. Mereka tidak menyadari bahwa dalam berpacaran selalu diiringi dengan kebohongan, baik kepada orang tua atau teman, tidak taat aturan, tindakan amoral, asusila dan ujungnya melakukan sex sebelum menikah. Tanpa berpikir akibat yang ditimbulkan akan banyak timbul perilaku yang menyimpang yang dilarang agama. C. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja di SMK Negeri 1 Aimas Hasan Basri menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kenakalan pada umumnya dibagi dua yaitu: a. Faktor yang terdapat dalam diri individu Faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan kenakalan remaja adalah perkembangan pribadi yang terganggu, individu mempunyai cacat tubuh, individu mempunyai kebiasaan yang mudah terpengaruh, kontrol diri yang lemah, taraf intelegensi yang rendah. Persepsi dan konsep diri juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan kenakalan remaja karena dengan persepsi individu dapat menyadari, mengerti tentang keadaan lingkungan sekitar dan keadaan diri individu yang bersangkutan. Seluruh apa yang ada dalam individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir, kerangka acuan serta aspek-aspek lainnya yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi itu. Jadi dapat disimpulkan kemampuan siswa untuk dapat menyadari dan mengerti tentang keadaan diri sendiri dan keadaan lingkungan sekitar dapat menyebabkan kemampuan siswa untuk dapat menghindari perilaku-perilaku negatif yang sering disebut dengan kenakalan remaja, hal ini disebabkan siswa akan mencari solusi terbaik dari permasalahan yang sedang dihadapi baik itu permasalahan yang datangnya dari diri sendiri ataupun dari lingkungan. b. Faktor yang terdapat di luar diri individu Faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang menyebabkan kenakalan remaja adalah lingkungan pergaulan yang kurang baik, kondisi keluarga yang tidak mendukung terciptanya perkembangan kepribadian anak yang baik, pengaruh media masa, kurangnya kasih sayang yang dialami anak-anak dan karena kecemburuan sosial atau frustasi terhadap keadaan sekitar. Jika dipandang dari segi psikologi maka penyebab timbulnya kelakuan yang nakal antara lain disebabkan oleh timbulnya minat terhadap diri sendiri, timbulnya minat terhadap lawan jenis, timbulnya kesadaran terhadap diri sendiri dan timbulnya hasrat untuk dikenal oleh orang lain. Dari penjelasan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa kenakalan remaja bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri tetapi merupakan perpaduan dari beberapa kondisi yang dialami anak remaja. Jika dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja kurang mendapat pendidikan dan pengarahan yang penuh tanggung jawab dari kedua orang tua, maka kenakalan remaja merupakan akibat yang tidak dapat terhindarkan lagi. Menurut Ibu Martha Widi Harsanti, selaku Wakil Kepala Sekolah dibidang Kesiswaan SMK Negri 1 Aimas, beliau mengungkap bahwa kenakalan remaja yang terjadi di SMK Negeri 1 Aimas merupakan persoalan yang diperlukan respon yang aktif dan ambil tindakan, diantaranya kenakalan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut : 1. Pembentukan kepribadian siswa dalam keluarga Pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani manusia berlangsung dari bayi hingga remaja, tenyata masa kanak-kanak yaitu rnasa yang paling baik dalam pembentukan kepribadan.Kepribadian tumbuh dan berkernbang sepanjang hidup manusia.terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di lingkungan keluarga, diasuh oleh orang tua dan bergaul dengan anggota keluarga lainnya. Setiap hari berada di rumah dan hanya beberapa jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena itu dapat dipahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang tua dalam membentuk/menempa pribadi seorang anak. Misalnya, setiap bayi buang air kecil atau besar, harus segera diganti popoknya. Ini bertujuan di samping memelihara kesehatan bayi, juga berarti membiasakan selalu bersih.Bayi jangan dibiarkan lama-lama bergelimang kencing atau kotoran lainnya. Jika bayi menangis, jangan terus digendong, hal itu akan memanjakannya. Bila bayi sudah besar dan pandai berjalan, perlu penguasan yang lebih intensif agar tidak cedera.Anak perlu diberi kesempatan bermain dengan atau tanpa benda, sesuai dengan tingkat perkembangannya.Anak kecil jangan terlalu dicampuri bermain, terlalu sering ditolong, biarkan dia sendiri bermain, berlatih dan bekerja secara mandiri.Kita jangan lalai mengawasinya. Pendidikan dalam keluarga merupakan bekal penting bagi seorang remaja ketika dia sudah ada kemauan keluar rumah dalam berinteraksi dengan orang selain keluarganya, baik di sekolah maupun di lingkungan. Dalam hal ini, komunikasi seorang anak terhadap keluarga jangan sampai terputus, seolah-olah tidak mau tahu atau merasa tidak tahu tentang keadaan ananknya. Keluarga seharusnya mendorong atau memotivasi dirinya, menuntun dan mengiringi setiap langkahnya dan melakukan pengawasan maupun kontrol yang dilakukan secara kontinu. 2. Pengaruh Teman dan Pergaulan Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan satu bentuk prestasi tersendiri seperti pertemanan di sekolah.Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya.Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut.Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya. 3. Penggunaan Waktu Luang Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja.Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya.Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya.Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan.Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya. Menurut pengamatan peneliti, selain beberapa faktor yang diuraikan di atas, terdapat faktor dominan yang sangat mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja, yaitu kesadaran dam kematangan beragama. Siswa mempunyai jiwa keagamaan yang tidak matang atau pun lemah, tidak taat dalam menjalan syariat agamanya, maksiat sudah hal biasa dilakukan. Lemahnya iman atau bahkan tak mengenal Tuhannya lagi sekehendak mereka, karena mereka tak mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang berakal dan mempunyai hati nurani. Hal ini didukung oleh ketiadaan tempat ibadah di sekolah sebagai media pembelajaran agama dan akhlak atau moral untuk suplay kerohanian.Sangat disayangkan, penyampaian materi keagamaan sangat minim dilakukan kepada siswa. Maka dari itu, aplikasi agama hanya menjadi sebuah teori yang banyak didengar saja oleh para siswa, tanpa pelaksanaan dan penerapan pengamalan syariat agama. Selain itu, pemberian materi bimbingan dan konseling kurang atau pun tidak maksimal. Guru BP hanya diberi kesempatan memakai jam pelajaran yang kosong dari guru bidang studi yang mungkin berhalangan hadir. Sehingga materi yang diberikan bersifat spontanitas dan tidak terstruktur dengan baik. Dalam memberi wawasan moral bagi siswa maupun pengembangan dirimasih terbatas. D. Peranan Guru BP dan Guru Agama dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMK Negeri 1 Aimas Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta memiliki posisi yang sangat luhur di masyarakat. Semua orang pasti akanmembenarkan pernyataan ini jika mengerti sejauh mana peran dan tanggung jawab seorang guru. Peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari. Ketika menginjak remaja, seorang anak sudah mulai masuk usia belajar yang aktif, orang tua mencoba melanjutkan pendidikan anak ke tingkat yang lebih tinggi secara formal. Orang tua menyerahkan anak kepada sekolah agar dibimbing dan dididik dengan peranan para guru yang tercantum di dalam struktur lembaga pendidikan. Peranan guru sebagai orang tua di lingkungan sekolah menjadi pendidik, pembimbing serta pengawas terhadap perilaku para siswa, sehingga siswa bisa dianggap sebagai tanggung jawab bagi mereka. Maka dari itu, mereka selalu berharap anak didiknya agar menjadi lebih baik. Hal apa pun akan dilakukan demi kebaikan mereka. Motivasi dan kontrol dalam mengatasi segala permasalahan yang terjadi di sekolah menjadi tanggungan bagi setiap anggota secara struktural maupun kultural. Semua pihak mempunyai peranan penting dan saling mendukung. Misalnya, kepala sekolah sebagai instruktor, kepada guru-guru agar serius dalam kegiatan pembelajaran, apabila tidak tepati akan diberi sanksi. Begitu juga dengan kenakalan remaja yang terjadi di sekolah. Menghadapi hal tersebut, ada dua posisiyang mempunyai peranan didalam memecahkan masalah ini, yakni peranan guru BP dan guru agama. Diperlukan langkah-langkah yang tepat dan erja sama yang baik agar tidak menimbulkan masalah-masalah yang baru. Guru BP sebagai guru pembimbing para siswa dalam bimbingan dan konseling. Dia memegang posisi penting dalam menatap keadaan para siswa, terutama dalam memberi bimbingan terhadap potensi, bakat dan minat siswa yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan; melakukan konseling terhadap permasalahan apa pun yang menimpa siswa, misal dapat sebagai tempat curhat masalah pribadi, mencoba mencari solusi atau pemecahan masalah siswa, dan sebagainya. Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai penyimpangan perilaku atau kenakalan remaja. Terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah merujuk pada aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah dengan diberikan sanksi pelanggaran dan skor serta diberikan nasehat maupun peringatan untuk tindak mengulangi, seperti tindakan bolos sekolah misalnya mendapat skor 10 poin, apabila mencapai angka 100 poin akan dikeluarkan dari sekolah yang sebelumnya diberi peringatan. Selanjutnya, ada upaya untuk menyembuhkan atau menyadarkan penyimpangan perilaku yang terjadi pada siswa dengan melalui bimbingan dan konseling dengan hubungan interpersonal antara guru BP dengan siswa.Jika diperlukan melibatkan dialog dengan orang tua siswa mengenai bimbingan dan mencari solusi yang terbaik. Masalah akan lebih mudah teratasi apabila adanya keterbukaan dan kesukarelaan menjadi kunci bimbingan konseling, dengan melalui persepsi dan konsep diri yang tepat agar siswa mau berintrospeksi terhadap perilaku dirinya sendiri. Salah satu tindakan BK di SMK misalnya, guru BP dibantu dengan guru perempuan yang lain mengadakan dialog dengan semua siswi, yang bertujuan untuk memberikan wawasan bagi siswi, bagaimana mereka agar selalu menjaga perilaku dan sikap, yakni perempuan harus dapat menjaga dirinya agar terhindar dari kejahilan atau kejahatan oleh laki-laki. Hal ini disebabkan, banyak peristiwa terjadi asusila maupun kejahatan perempuan yang dilakukan oleh orang laki-laki, dimulai dari seorang perempuan menjaga dirinya, dalam arti seperti pakaian yang ketat, akan mengundang syahwat bagi laki-laki dan akhirnya terjadilah perkosaan. Seorang perempuan tidak menyadari akan hal itu, dan merasa bangga akan kemolekan tubuhnya, dipamerkan dan ujungnya kerugianlah yang mereka dapatkan. Maka dari itu, menjadi pernpuan seyogyanyalah menjadi perempuan yang terhormat dan akan dihargai orang-orang yang berada disekitanya. Hal yang sangat urgen sekali yaitu peningkatan ketakwaan dan keimanan harus terus disyiarkan, dimana peranan guru agama sangat mendukung. Guru agama dapat menambah wawasan rohani sebagai pencerahan bagi jiwa keagamaan dan membentuk kesehatan mental bagi para siswa. Siswa yang berperilaku menyimpang disebabkan oleh tidak sehat mental atau jiwanya mengalami gangguan. Maka dari itu, materi pendidikan agama oleh guru dapat menuntun dan mengarahkan dengan pengetahuan dan pengalaman dalam pelaksanaan dan pengamalan syariat agama bagi para siswa. Selain itu, guru agama memberikan nasehat dalam hakikat pertemanan dan pergaulan. Siswa harus berhati-hati dalam mencari teman, dengan alasan bahwa seorang teman merupakan bentuk pencerminan pada diri mereka sendiri. Apabila teman dapat membawa dan mengarah pada kegiatan-kegiatan yang positif, sangat baik diterapkan dan perlu mendapat apresiasi dalam perkembangan peningkatan dalam bentuk kerja sama yang baik. Namun, apabila seorang teman membawa dan mengarah pada hal-hal yang negatif, perlu diingatkan dan harus menjadi perhatian khusus untuk dibenahi dan diarahakan menjadi lebh baik. Hal-hal yang bisa dilakukan dalan mengatasi kenakalan remaja: 1. Perlunya ditanamkan dasar agama yang kuat pada anak-anak sejak dini. 2. Prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik 3. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan koreksi diri 4. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. 5. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di mana remaja harus bergaul. 6. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan. Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan,dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Kenakalan remaja yang terjadi di sekolah dipengaruhi oleh faktor bawaan pendidikan dan bimbingan yang mereka dapatkan dari keluarga. Sekian banyak orang tua kurang memperhatikan perkembangan anak yang sedang menginjak masa remaja yang labil dengan perilaku menyimpang. Maka dari itu, orangtua para remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja. Meskipun tentu masih banyak ditemukan kenakalan remaja masih sering terjadi di lingkungan sekolah dengan berbagai macam perilaku menyimpang. Selain itu, kenakalan remaja dipengaruhi oleh kepribadian dan konsep diri yang tebentuk pada masing-masing siswa usia masa remaja dan tentunya mempunyai perbedaan. Pertahanan diri yang kuat dan filterisasi terhadap pengaruh dari luar dirinya dengan baik. Hal itu yang perlu diperhatikan kembali dalam pembentukan kepribadian dan konsep diri yang matang. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya kenakalan remaja dimulai dengan individu-individu tersebut. Perlu diperhatikan juga yaitu mengenai pendidikan agama sangat penting, dimana siswa yang mempunyai kesadaran agama yang matang, yaitu pembentukan akhlak atau moral yang baik. Sehingga wawasan keagamaan membawa akal untuk berpikir dan hati nurani dengan perasaan sebagai kontrol yang kiranya sangat efektif diterapkan bagi siswa. Hal itu akan terwujud apabila didukung oleh semua pihak, baik keluarga, sekolah dan lingkungan. Remaja merupakan masa labil dan rentan terhadap perilaku menyimpang. Maka dari itu, remaja selalu membutuhkan bimbingan dan pengawasan agar tidak terjerumus dalam pencarian jati dirinya. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang sudah penulis sampaikan di atas, maka ada beberapa pandangan yang dapat diangkat sebagai saran, sebagai berikut: 1. Bagi Orang Tua Siswa Hendaknya orang tua siswa menyadari akan tanggung jawab yang dimiliki terhadap putra-putrinya, terutama dalam memberikan bimbingan, arahan serta didikan di rumah, dan mengarhakan dalam pendalaman pemahaman agama. 2. Bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah hendaknya mampu memberikan dorongan serta kesempatan kepada guru BPdan guru Agama guna membina pelaksanaan bimbingan dan pembinaan, secara optimal terutama dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi. 3. Bagi Guru BP Sekolah Guru BP hendaknya benar-benar menampilkan sifat profesionalnya dan memanfaatkan kesempatan untuk membina dan membimbing siswa terutama dalam pelaksanaanbimbingan dan konseling, yang dapat sebagai penunjuk jalan, pembangkit kekuatan dan pembina tingkah laku positip yang dikehendaki. 4. Bagi Siswa Siswa hendaknya berusaha memahami pentingnya pengtahuan tentang kenakalan remaja, sehingga siswa mampu menghindari praktek perilaku menyimpang yang banyak terjadi di masa usia anak sekolah.   DAFTAR PUSTAKA Basri, Hasan. Remaja Berkualitas, Problematika Remaja dan Solusinya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1996. Gunarso, Singgih D..Psikologi Remaja.Jakarta : Rineka Cipta. 2000. Hikmawati, Fenti, Bimbingan Konseling, Jakarta: Rajawali Press, 2010. Mubin dan Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan, Ciputat: Ciputat Press Group, 2006. Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta : Rajawali Press, 2010. Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996. Sudarsono. Kenakalan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta. 1991. Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Ofset.2001. Wilis, Sofyan S, Konseling Keluarga, Bandung : Alfabeta, 2008. Wirawan Sarwono, Sarlito. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1997. Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Zay Arief