-------------------------------------
Lir-ilir, Lir Ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah Angon, Cah Angon
Penekno Blimbing Kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo Mbasuh Dodotiro
Dodotiro Dodotiro
Kumitir Bedah ing pinggir
Dondomono, Jlumatono
Kanggo Sebo Mengko sore
Mumpung Padhang Rembulane
Mumpung Jembar Kalangane
Yo surako surak Iyo!!!
Tembang diatas pasti sudah akrab ditelinga kita apalagi bagi orang-orang jawa
yang notabene berada dalam wilayah penyebaran agama Wali Songo
tidak sedikit orang yang mencoba untuk menguraikan makna tembang diatas baik
dalam konteks hubungannya dengan sejarah, syariat Islam bahkan Hakikat yang
terkandung di dalamnya.
pada tulisan singkat ini Khaylif mencoba untuk sedikit menguraikan makna dari
tembang tersebut, jika ada kekurangan atau kesalahan adalah karena keterbatasan
Khaylif dalam pemahaman semoga Alloh memaafkan dan jika ada kebaikannya hal itu
semata-mata datang dari Alloh SWT
Makna tembang tersebut menurut Khaylif:
1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)
Makna: Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun
dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh
Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai
bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan
tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman
tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin
baru.
2 Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan
sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita
dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya?
Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing
bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi
meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing
tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam
apapun halangan dan resikonya.
Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.
3. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
Makna: Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di
sana sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya
agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.
4. Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)
Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)
Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)
Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas (no 1-3) ketika kita masih
sehat (dialambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu
luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!
Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi
tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng
Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol
McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum
dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain
Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari
lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin
(Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan
Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz
pada konser musik “Harp to Heart“.
Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya
bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati)
bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang
perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh?
kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan,
dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada
gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk
berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini
mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang
dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah
sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang
mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian
maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf
penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru
dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak
Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah
angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu
“menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ?
Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki
5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan
dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar
dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada
Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk
mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah,
walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang
dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan,
yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga
menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu
ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk
mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah
ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan
agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih
terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih
menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita
terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu
kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
0 komentar:
Posting Komentar